Thursday, September 1, 2011

Dialog Ayah dengan Saya

Artikel ini lanjutan dari Berimankah Mereka?

Dialog ayah dan saya terpaksa saya reka ulang dengan kalimat yang mudah2an bisa memudahkan Anda dalam memahaminya.

Saya : “Yah, apakah dalam surat Al-Kafirun dibahas tentang sebab-akibat bagi orang-orang yang dinyatakan Kafir” dalam surat dimaksud?
Ayah : (sambil merenung sejenak) “tidak ada”
Saya : “Lantas kenapa surat tersebut diturunkan?”
Ayah : (termenung)
Akhirnya dialog berlanjut secara sepihak, dan hanya diri saya yang terus memaparkan kandungan Surat Al-Kafirun.

“Yah, menurut saya, sebetulnya surat tersebut menyiratkan tentang toleransi antar umat beragama, dan menyiratkan kita tidak boleh menghakimi seseorang atau sesuatu kaum dengan ajaran yang kita imani, karena ajaran iman bagi kita itu hanya berlaku bagi umat yang betul-betul mengaku Islam, sementara mereka pun sama mempunyai konsep keimanan menurut ajaran mereka, sehingga dalam surat terakhir berbunyi : “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”. Lantas kenapa saya bertanya pada ayah? Saya hanya ingin memastikan apa yang saya pikirkan sama persis dengan apa yang ayah cerna dan pahami selama ini. Jika kita memaksakan konsep keimanan dalam ajaran Islam kepada mereka, jelas merekapun akan mempertahankan konsep keimanan menurut ajarannya, dan hanya orang-orang yang mempunyai hidayahlah yang akan mengerti dengan baik konsep keimanan menurut ajaran Islam, sementara hidayah itu urusan Allah, kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada mereka. Dan coba ayah renungkan, dalam surat Al-Kafirun Allah tidak memberikan ancaman entah berupa pahala-dosa, atau siksa neraka ataupun mendapatkan sorga. Disana terlihat jelas Allah memberikan kebebasan memeluk agama yang mereka imani, walaupun mereka distempel dengan istilah “Kafir” pada ayat pertama.

Bagaimana menurut ayah? Apakah saya keliru?”

Ayah : (hanya bisa termenung seraya mengiyakan apa yang telah saya sampaikan)

Saya bersyukur mempunyai ayah yang selalu terbuka untuk saya ajak dialog, dan beruntung mempunyai ayah yang sangat mengerti tentang ilmu-ilmu agama.

Bagi Kita yang dilahirkan dalam keluarga muslim, bersyukurlah, dan pertahankanlah keimanan kita, karena kita dilahirkan dalam keluarga Islam yang sempurna di mata Allah, tapi janganlah mengusik iman mereka meskipun kita berkewajiban menyiarkan agama Islam, tapi tidak boleh dengan paksaan terlebih dengan kekerasan.

Semoga kita semua mendapatkan hikmah dalam tulisan di atas.

Wallahu a’lam bishowab.

Oleh : Husnul Yakin Ali

Apakah yang distempel “kafir” masih berhak atas sorga-Nya? Jawabannya ada disini



2 comments: