Thursday, March 15, 2012

Universalitas "Lailaha Ilallah"

Allah merupakan sebuah asma, nama atau sebutan untuk memanggil sosok Maha sebagai Penguasa Alam Raya dalam konsep Tuhan yang dibawa oleh Muhammad SAW dari tanah Arab 14 abad silam. Tentu kita semua tahu, bahwa ketika Muhammad diutus sebagai rasul, keadaan masyarakat Arab dalam hal ini adalah kaum Quraisy, keadaannya dalam kondisi jahiliyah, dan menyembah tuhan yang dalam konsep mereka (kaum Quraisy), merupakan sosok yang banyak atau dikenal dengan istilah polytheism. Dari konsep politheism tersebutlah kaum Quraisy pada waktu itu menyembah berbagai jenis berhala yang sepengetahuan saya dinamakan dengan Latta dan Ujja.

Di tengah-tengah masa jahiliyah kaum Quraisy, diutuslah Muhammad untuk memberikan peringatan dan meluruskan akhlak kaum Quraisy pada waktu itu, dan memperkenalkan kembali konsep Tuhan Monotheism atau Tuhan yang memiliki sosok Tunggal. Tuhan yang diperkenalkan oleh Muhammad kemudian dikenal dengan istilah Allah. Perihal penamaan Allah sendiri sebagai atribut nama untuk memanggil Tuhan, tidak bisa dilepaskan dari akar bahasa dan budaya dimana Muhammad dilahirkan dan menjadi utusan. Di tanah Arab sendiri kala itu, istilah untuk memanggil tuhan dikenal dengan istilah Ilah.

Para ahli kemudian mempunyai pandangan berbeda perihal penamaan Allah sendiri, ada yang kemudian berpendapat bahwa nama Allah berasal dari kata Ilah atau Al-Ilah, ada juga yang berpendapat bahwa kata Allah berasal dari bahasa Aram, yakni "Alaha" yang dimaknai juga sebagai Tuhan. Menurut saya, di sinilah letak ketidakbijakan dimulai, kenapa sebab? karena ternyata pada akhirnya akan menimbulkan kerancuan akan makna universal dari Tuhan yang digaungkan sebagai Sosok Yang Maha Tunggal.

Kita sebagai umat muslim, tentunya jangan terjebak dalam lingkup sempit dari atribut Tuhan itu sendiri, karena jika kita terjebak dalam lingkup sempit atribut tentang Tuhan, maka kita tidak akan pernah menggapai makna hakiki dari ke-Esaan Tuhan itu sendiri.

Pandangan saya, bahwa apapun itu namanya, Allah, Ilah, Alaha, itu semua hanyalah atribut akan asma atau nama, sehingga jangan lupa, selain dari kata Allah, Tuhan dalam Islam pun mempunyai nama-nama lainnya yang sering diistilahkan dengan Asmaul Husna, atau nama-nama baik bagi Allah yang berjumlah 99. Nah, nama lain dari Allah yang berjumlah 99 tersebut tidak lantas kita mengasumsikan bahwa Tuhan dalam Islam berjumlah 99 bukan? pada kenyataannya, Tuhan Allah tetaplah satu Sosok Tunggal Yang Maha Agung.

Sebetulnya bukan hanya Muhammad sebagai pelopor dari konsep Tuhan Tunggal atau monotheism, jauh sebelum Muhammad, utusan-utusan Allah yang lain yang begitu banyak dan tersebar di seantero jagat juga tentunya membawa risalah tentang konsep Tuhan Tunggal (monotheism), dan pandangan saya, rasul-rasul lain pun memberikan nama akan Tuhan, dimana yang pasti, pemberian nama tuhan tidak akan terlepas dari akar bahasa dan budaya dimana rasul itu turun. Jadi apakah saya akan mengatakan bahwa rasul Allah yang lain pun memberikan nama berbeda sesuai dengan tradisi masyarakat dimana rasul itu turun? Oh tentu ! Terus kenapa nama Tuhannya harus berbeda? Ini semata-mata untuk lebih mendekatkan kepada istilah dan makna setempat, sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh kaum dari masing-masing rasul tersebut.

Kita sebagai Muslim tentu harus mematrikan di dalam jiwa terdalam kalimat "Lailaha Ilallah", sehingga, jangan pernah ada sosok lain selain Allah yang mengganggu pikiran dan keyakinan kita. Jika kita masih menganggap bahwa dengan beragam jenis nama tuhan yang sama-sama terlahir dari konsep monotheism, terus kita memandangnya sebagai sosok-sosok yang berbeda, berarti kita belum paham makna sejatinya dari Tuhan sebagai Sosok Maha Tunggal "Lailala Ilallah". Karena jika kita masih beranggapan dengan banyaknya nama Tuhan berarti banyaknya sosok Tuhan juga, maka sesungguhnya kita terjebak dalam lingkup sempit atribut tentang asma Tuhan.

Jika kita mau mempelajari lebih dalam ajaran agama atau keyakinan lain yang memiliki konsep Tuhan monotheism, maka apapun nama atau istilah Tuhan dari ajaran agama atau keyakinan tersebut, sejatinya Dia-lah Allah yang dikonversikan dalam bahasa tradisi dan budaya lokal setempat. Ingat sekali lagi, Allah memiliki nama lain sebanyak 99 nama, dan itu tidak berarti Allah merupakan sosok 99 yang berbeda, Ia tetap Sosok Tunggal Yang Maha Esa.

Agar logikanya lebih sederhana, saya ambil contoh konsep Tuhan ajaran "Sunda Wiwitan" yang ternyata menganut sistem monotheism. Dalam ajaran ini, memakai istilah "Sang Hyang Kersa", "Batara Jagat", dan Batara Seda Niskla" untuk menamakan sosok Tuhan. Meskipun tiga nama berbeda, ternyata tetap nama dari satu sosok Tuhan Yang Maha Esa. 

Sekarang kita maknai dengan lebih universal, agar kita dapat menemukan makna sejati Tuhan Tunggal atau monotheism. 
Kata Sang Hyang Kersa, mempunyai arti Yang Maha Mengabulkan, ini sepadan dengan istilah Asmaul Husna "Al-Mujib" yang berarti Maha Pengabul. Apa bedanya dengan Sang Hyang Kersa yang juga memiliki makna Yang Maha Pengabul? 
Sekarang kita lihat makna Batara Jagat yang bermakna Maha Penguasa, apa bedanya dengan istilah asmaul husna "Malik Al Muluk" yang berarti Maha Pemilik Kekuasaan? 
Dan apa bedanya makna Batara Seda Niskala yang berarti Yang Maha Ghaib dengan istilah asmaul husna "Al-Bathin"?

Jadi sekarang jelas, bahwa Allah, Al-Mujib, Al-Mulk, Al-Bathin, Sang Hyang Kersa, Batara Jagat, Batara Seda Niskala dan istilah lainnya dalam konsep Tuhan Tunggal, ternyata adalah sosok yang sama. Jika Anda masih melihatnya sebagai sosok yang beda, meskipun anda berikrar "Lailaha Ilallah", sesungguhnya alam bawah sadar anda masih mengakui sosok tuhan yang banyak, dan bukankah itu sebagai pemungkaran akan makna sejati "Lailaha Ilallah"?

Wallahu a'lam bishowab

Oleh : Husnul Yakin Ali

Berlanjut ke : Pendalam Makna Universalitas Lailaha Ilallah

No comments:

Post a Comment