Tuesday, October 11, 2011

Menangkap Jibril

Pada tulisan ini saya ingin mencoba menangkap Jibril dan mempersembahkannya untuk anda. Namun, sebelum saya dapat menangkap Jibril, ada baiknya kita identifikasi dulu supaya tidak salah nangkap (ayo minta dulu fotonya ke Interpol) heheh...

Dengan tidak bermaksud mengesampingkan ajaran dari agama ataupun keyakinan lainnya, untuk dapat mengidentifikasi Jibril, saya akan memakai metode identifikasi pada saat diterimanya wahyu oleh Nabi Muhammad dari Allah Swt. Dikisahkan, bahwa ketika pertama kali Rasulullah menerima wahyu pertama di Gua Hira, keadaan Beliau saat pulang ke rumah dalam keadaan menggigil seperti ketakutan, dan seluruh tubuhnya merasa bergetar sehingga meminta keluarganya untuk menyelimuti dirinya hingga bergetarnya hilang. Di lain kisah disebutkan bahwa ketika menerima wahyu, beliau seperti mendengar bunyi lonceng yang sangat tinggi hingga tubuh Beliau merasa bergetar. Ya, bergetar setiap kali beliau menerima wahyu. Lantas, apa yang menyebabkan Beliau bergetar? sementara di saat wahyu pertama diturunkan, beliau tidak pernah melihat sosok Jibril.

Untuk melengkapi identifikasi, bahwa Jibril adalah malaikat, sehingga tentunya Jibril terbuat dari cahaya, karena disebutkan bahwa malaikat terbuat dari cahaya. Meskipun terbuat dari cahaya, tentu kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa malaikat adalah cahaya, tapi setidaknya kita bisa memulai dari mengidentifikasi cahaya. Menurut Wikipedia, bahwa Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak.

Kita ambil simpelnya aja, bahwa cahaya merupakan energi berbentuk gelombang elektromagnet. apa itu gelombang elektromagnet? Gelombang elektromagnet adalah gelombang yang dapat merambat meskipun tanpa melalui medium, dan kecepatannya adalah merupakan kecepatan cahaya. Gelombang elektromagnet terdiri atas beberapa jenis gelombang, yakni : gelombang radio, gelombang televisi, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar ultraviolet, sinar x, sinar gamma.

Terus, bagaimana kita bisa mengubungkannya dengan cerita diterimanya wahyu oleh Muhammad?
Menurut pandangan saya, sangat jelas dan nampak, bahwa konsep diterimanya wahyu oleh Rasulullah adalah dengan menangkap getaran (gelombang elektromagnet) sebagai akibat adanya suatu Zat yang memancarkan gelombang tersebut. Dalam hal ini, kalau dikaji secara ilmu fisika, bahwa Muhammad sebetulnya sedang bertindak sebagai penerima gelombang (receiver/radio) dan yang menyiarkan gelombang tersebut adalah Dia yang Maha Pemilik Gelombang yang sedang bertindak sebagai Sesuatu yang memancarkan gelombang (transmitter/stasiun radio). Lantas, siapakah Jibril? pandangan saya, bahwa Jibril tidak lain dan tidak bukan adalah gelombang elektromagnet itu sendiri.

Oh... apakah dengan begitu apakah saya akan mengatakan bahwa untuk menangkap Jibril adalah dengan menyetel radio begitu? Saya tidak akan menyebutkan seperti itu, karena gelombang elektromagnet tidak harus ditangkap oleh radio, dan saya sendiri tidak tahu persis termasuk jenis gelombang elektromagnet manakah Jibril itu, apakah gelombang radio, televisi, inframerah, atau lainnya? karena semua gelombang hampir bisa dijadikan sarana untuk mengirimkan paket-paket data/informasi. (ingat teknologi infra merah pada HP?).

Yang ingin saya tekankan di sini, bukan menangkap gelombang-gelombang tersebut dengan alat-alat fisika, namun saya ingin tekankan bahwa tangkaplah gelombang tersebut dengan jiwa, ya, jiwa yang merasakan getaran akibat menyatunya frekwensi jiwa kita yang lemah dengan frekwensi Dia Yang Maha Pemilik Frekwensi. Karena syarat untuk dapat diterimanya gelombang tersebut oleh radio adalah dengan sama persisnya antara frekwensi penerima dan pemancar. Sedekat apapun stasiun radio/televisi di rumah kita, maka tidak akan tertangkap siarannya jika kita tidak memiliki radio/televisi dan mengetahui frekwensi gelombangnya. Begitupun jiwa kita, walau dikatakan bahwa Tuhan lebih dekat daripada urat lehermu, tidak akan pernah kita rasakan kehadiran-Nya jika kita tidak berusaha menangkap dan mengetahui frekwensi sejati-Nya.

Wallahu a'lam bishowab

Oleh : Husnul Yakin Ali