Friday, July 27, 2012

Pendalaman Makna dari "Universalitas Lailaha Ilallah"

Melanjutkan catatan saya tentang "Universalitas Lailaha Ilallah", jika kita memahaminya dengan pemahaman yang dangkal, maka akan sangat tipis perbedaan antara tauhid dan syirik. Maka dari itu saya akan mengulasnya kembali agar tulisan saya tersebut tidak menjadikan kita menyekutukan Allah alias syirik.

Allah merupakan sebuah Asma, Nama atau Sebutan untuk menyebut Tuhan menurut Ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Selain Asma Allah, kita dapat menyebutnya dengan 99 nama lain yang kita kenal dengan istilah Asma'ul Husna. Perlu saya garis bawahi, bahwa dengan banyaknya Asma yang dirangkum dalam Asma'ul Husna, tentunya kita sebagai muslim tidak lantas mengasumsikan bahwa Allah berjumlah banyak, melainkan kita sepakat bahwa banyaknya jumlah Asma itu tidak berpengaruh terhadap Ke-Esa-an Allah, Ke-Maha-Tunggalan Allah.

Yang menarik dalam bahasan saya di atas, saya mengkonversikan nama-nama dalam Asma'ul Husna tersebut ke dalam salah satu bahasa lokal. Kenapa salah satu saja? ini hanyalah sebuah permodelan saja, jika pun kemudian terdapat kesamaan model atau istilah pada ragam bahasa lainnya, anda nanti bisa menterjemahkannya sendiri berdasarkan asumsi anda masing-masing.

Dalam pengkonversian ragam Asma'ul Husna, saya mengambil contoh 3 kata yang ada dalam Asma'ul Husna, yang saya konversikan ke dalam bahasa Sangsakerta, dimana bahasa ini banyak dipakai sebagai sumber dari kosa kata bahasa-bahasa daerah dan bahasa Indonesia sendiri. Tiga Asma tersebut yaitu : Al-Mujib, Malik Al-Mulk, dan Al-Bathin.

Kata Al-Mujib mempunyai makna Maha Pengabul, jika saya konversikan, ke dalam bahasa Sangsakerta, maka akan didapatkan bahwa Asma ini sepadan dengan istilah Sang Hyang Kersa yang juga mempunyai makna Yang Maha Mengersakan atau Mengabulkan.

Kata Malik Al-Mulk mempunyai makna Maha Pemilik Kekuasaan, atau singkatnya Maha Penguasa. Jiksa saya konversikan ke dalam bahasa Sangsakerta, maka akan didapatkan bahwa Asma ini sepadan dengan istilah Sang Hyang Jagat / Batara Jagat yang mempunyai makna Yang Menguasa Jagat Raya.

Kata Al-Bathin mempunyai makna Maha Ghaib. Jika saya konversikan ke dalam bahasa Sangsakerta, maka akan didapatkan bahwa Asma ini sepadan dengan Istilah Batara Seda Niskala.

Nah, sekarang, tahukah Anda jika istilah Sang Hyang Kersa, Sang Hyang Jagat, dan Batara Seda Niskala adalah Nama-nama Tuhan yang disembah oleh ajaran atau keyakinan tertentu di Indonesia? Lantas, jika nama-nama Tuhan mereka sepadan dengan istilah-istilah dalam Asma'ul Husna, kenapa pula kita harus menganggap bahwa Tuhan-tuhan tersebut berbeda? Ingat ! bahwa dalam Asma'ul Husna, banyaknya Asma tidak menandakan banyaknya Tuhan.

Ingin saya perjelas, bahwa Allah, Al-Mujib, Al-Mulk, Al-Bathin, Sang Hyang Kersa, Batara Jagat, Batara Seda Niskala dan istilah lainnya dalam konsep Tuhan Tunggal, seharusnya adalah sosok yang sama. Jika Anda masih melihatnya sebagai sosok yang beda, meskipun anda berikrar "Lailaha Ilallah", sesungguhnya alam bawah sadar anda masih mengakui sosok tuhan yang banyak, dan bukankah itu sebagai pemungkaran akan makna sejati "Lailaha Ilallah"?

Masalah kemudian muncul, bagaimana agar kita tidak terjebak dalam penyekutukan Allah? Agar kita tidak terjebak dalam penyekutukan Allah atau dalam istilah lain adalah syirik, maka kita harus pegang konsep Tuhan yang Hakiki.

Apa itu konsep Tuhan yang Hakiki?

Konsep Tuhan yang Hakiki telah jelas tersirat dan tersurat dalam Surat Al-Ikhlas yang bermakna :

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia

Jadi, jika Anda ingin menyepadankan makna dari nama-nama Tuhan lainnya yang ada di seluruh antero jagat raya, maka segala atribut Tuhan tersebut harus tunduk pada 4 konsep Tuhan di atas, sehingga Anda akan mendapatkan makna sejati "Lailaha Ilallah". Insya Allah...

Wallahu a'lam Bishowab

Oleh : Husnul Yakin Ali

No comments:

Post a Comment