Wednesday, August 31, 2011

Mi’roj, Teknologi Wahana Ruang Angkasa Extra Canggih

Jika kita telaah, ada dua perbedaan sarana yang digunakan oleh Rasululloh ketika melaksanakan Isro dan Mi’roj. Jika dalam Isro Allah Swt. memperjalankan Nabi Muhammad dengan mengendari Buroq, maka dalam Mi’roj disebutkan Rasululloh tidak memakai kendaraan, melainkan naik pada tangga. Lantas bagaimana kita menganalogikan perbedaan sarana tersebut dalam dunia modern saat ini?

Isro adalah memperjalankan di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso. Jika tafsirkan bahwa yang disebut Masjidil Haram berada di Mekkah sementara Masjidil Aqso berada di Palestina, maka keduanya tetap berada di wilayah bumi persada ini, sehingga jika diukur dengan jarak Mi’roj yaitu perjalanan antara bumi dan langit, maka jarak antara Mekkah dan Palestina sangat-sangat tidak berarti. Oleh karenanya, sangat patut jika sarana yang dipergunakan untuk melintasi kedua jarak tersebut berbeda.

Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, jika kita harus mengantarkan sesuatu ke tetangga kita yang rumahnya bersebelahan, maka kita cukup untuk jalan kaki, namun jika kita harus mengantarkan sesuatu yang lebih jauh dari itu, tarolah antar desa, maka kita memilih untuk memakai sepeda atau sepeda motor. Jika kita harus pergi ke luar kota dalam satu provinsi, biasanya kita memakai Mobil, dan jika kita harus pergi antar provinsi/negara/benua, maka dipastikan kita memakai kendaraan yang lebih cepat dari yang disebutkan di atas.

Disini sangat jelas, peristiwa Isro Mi’roj hendaknya dijadikan suatu pelajaran dari Allah Swt yang sangat berarti, karena sudah jelas-jelas Allah telah memberikan contoh perumpamaan kepada manusia bahwa peristiwa Isro Mi’roj sendiri merupakan persitiwa yang menantang umat manusia untuk menyingkap tabir alam semesta.

Pada tulisan kali ini, saya ingin mengupas perbedaan sarana yang disebutkan dalam peristiwa Isro Mi’roj. Pada peristiwa Isro, yakni perjalanan antar wilayah di bumi, sudah jelas dikatakan bahwa Rasululloh memakai sarana yang dapat ditunggangi berupa Buroq. Dalam kehidupan modern saat ini, kita sudah dapat menganalogikan sarana yang dapat dipakai untuk melintasi kedua wilayah tersebut, yakni dengan ditemukannya pesawat terbang yang dapat melintasi antar wilayah di bumi persada ini hanya dalam hitungan jam.

Buroq seperti yang banyak disebutkan merupakan kendaraan super cepat yang padanya memiliki sayap. Jika kita persamakan ciri-ciri Buroq tersebut dengan pesawat terbang, maka keduanya memiliki persamaan. Disini kita tidak usah memperdebatkan perbedaan jenisnya, karena Buroq adalah mutlak makhluk ciptaan Allah, sedangkan pesawat terbang merupakan kreasi dan rekayasa manusia.

Kita semua sudah maklum dengan peristiwa Rasululloh yang dapat melintasi Mekkah – Palestina hanya dalam beberapa jam, sudah bukan merupakan mimpi lagi di jaman modern sekarang ini, namun, jika kita ingin menyimak lebih jauh peristiwa selanjutnya yaitu Mi’roj, apakah peristiwa Mi’roj tersebut hanya mimpi? Karena sampai saat ini manusia belum dapat membuat suatu wahana antariksa yang memiliki kecepatan di atas kecepatan cahaya.

Mari kita berpikir!

Jika dalam peristiwa Isro disebutkan bahwa kendaraan yang dipakai adalah Buroq, maka dalam peristiwa Mi’roj disebutkan sarana berupa tangga.

Jika diasumsikan di jaman modern ini perjalan Isro memakai pesawat terbang, maka untuk dapat melaksanakan Mi’roj di jaman modern ini, harus memakai kendaraan yang sipatnya sangat beda dengan pesawat terbang.

Disini saya tidak akan membahas lebih jauh tentang peristiwa Isro, oleh karenanya saya tidak ingin membahas kendaraan sejenis pesawat terbang seperti apolo, pesawat ulang-alik dan lainnya yang telah ditemukan pada jaman ini, karena sipatnya sama seperti pesawat terbang, dan sangatlah tidak mungkin untuk dapat melakukan Mi’roj.

Lalu, harus memakai apa manusia untuk dapat menaklukan alam semesta?

Alam semesta ini sangatlah luas, untuk mencapai pusat alam semesta, kita harus melalui pusat tata surya, lalu pusat galaksi, lalu Pusat Nebula, lalu Pusat Himpunan Nebula, lalu pusat Grup Nebula, lalu Pusat Guci, kemudian pusat alam semesta. Sementara jarak antar pusat tersebut sangat jauh dan milyaran tahun cahaya, sehingga diperlukan sarana yang lebih cepat dari cahaya.

Saat ini, kecepatan yang mendekati atau sama dengan cahaya adalah gelombang elektromaknetik. Gelombang ini banyak dipakai untuk sarana komunikasi seperti radio, pesawat telepon, televisi, radar, dan lain sebagainya.

Sebelum kita melaju lebih jauh mengupas peristiwa Mi’roj, disini saya merasa tertarik dengan sarana gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk sarana komunikasi. Penggunaan sarana ini mengalami evolusi yang sangat besar.

Mulai dari ditemukannya sarana komunikasi satu arah berupa pengiriman sinyal audio, yang disebut dengan radio, dilanjut ditemukannya sarana komunikasi dua arah yang masih berupa pengiriman sinyal audio, berupa telepon, dilanjut dengan ditemukannya sarana pengiriman sinyal audio visual searah berupa televisi, dilanjut dengan penemuan mesin Fax, hingga HP yang sudah memasuki era 3G

Saya merasa takjub dengan penemuan-penemuan tersebut, apakah ini suatu awal untuk dapat menyingkap peristiwa Mi’roj? Bayangkan saja, dahulu orang menulis surat untuk ditujukan ke kerabat yang berada diluar kota, mereka harus menunggu beberapa hari bahkan beberapa bulan untuk mendapatkan balasan surat, namun sekarang, kita mengirim surat ke luar negeri dapat seketika itu juga surat tersebut dapat di baca di luar negeri sesuai tujuan kita, yakni dengan ditemukannya mesin fax dan juga internet.

Apakah suatu saat nanti tidak hanya sinyal berupa audio atau visual saja yang dapat dikirim lewat gelombang elektromagnetik ini? Katakanlah kita juga dapat mengirim materi berupa benda lewat gelombang ini?

Saya tertarik terhadap sifat cahaya, karena sifatnya para ahli sempat berbeda pendapat antara pengkategorian cahaya sebagai gelombang, dan cahaya sebagai materi. Ternyata dengan melalui penelitian lebih jauh, cahaya memiliki sifat sebagai gelombang dan juga sebagai materi.

Suatu hal yang menggembirakan di sini, yakni cahaya juga ternyata mempunyai sifat sebagai materi. Jika memang dikatakan cahaya sebagai materi, maka cahaya merupakan makhluk Allah seperti halnya manusia yang tersusun atas materi.

Manusia dapat melakukan perjalanan supercepat seperti halnya kecepatan cahaya jika manusia sendiri melebur menjadi cahaya, menjadi berbentuk gelombang materi. Masalahnya sekarang, apakah memang manusia dapat dilebur menjadi gelombang materi sehingga menghasilkan energi layaknya cahaya?

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (al-Isra : 1)

Allah telah menunjukkan kuasa-Nya, bahwa makhluk yang bernama manusia pertama yang dapat melebur menjadi cahaya adalah Muhammad Rasululloh, sehingga dengan kuasa-Nya beliau dapat melaksanakan Mi’roj.

Suatu tantangan bagi umat manusia di abad modern ini, untuk menyingkap bagaimana caranya manusia dapat melebur menjadi cahaya.

Dalam beberapa studi, sangat dimungkinkan suatu benda dilebur menjadi gelombang cahaya, dan berjalan dalam kecepatan cahaya atau dikirim melalui sinyal berupa gelombang elektromagnetik layaknya mengirim sinyal radio. Masalahnya sekarang, dapatkah suatu benda atau materi yang telah dilebur menjadi cahaya tersebut lalu dikirim melalui transmiter dan diterima oleh reciever lalu membentuk kembali menjadi wujud benda aslinya seperti sediakala? Sementara jika suatu benda telah dirubah menjadi cahaya yang juga berbentuk gelombang, maka gelombang tersebut akan menghambur dan tidak ada yang menjamin dapat bersatu kembali menjadi bentuk yang utuh.

Jika pun bisa dan ada yang menjamin ketika suatu benda telah melebur menjadi cahaya lalu dapat bersatu kembali menjadi wujud semula, maka benda tersebut telah diberkahi oleh Allah sekelilingnya.

“………………… yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. ………..” (al-Isra : 1)

Satu tantangan lagi bagi umat manusia, untuk menemukan materi atau zat semacam apa yang diberkahi oleh Allah sehingga dapat menjamin atau melindungi suatu benda yang dilebur menjadi gelombang cahaya sehingga dapat mewujudkan kembali benda tersebut seperti sedia kala.

Jika ini benar terjadi, maka perjalanan Mi’roj Rasululloh memakai tangga seperti yang diceritakan dalam beberapa riwayat dan hadits, akan sangat mendekati dengan konsep di atas.

Suatu saat nanti, jika Allah mengijinkan, pengiriman benda dari suatu tempat ke tempat lain dilakukan hanya dalam hitungan detik, layaknya mengirim sebuah sms.

Konsep sederhananya adalah : benda tersebut dimasukan dalam suatu alat yang dapat melebur suatu benda menjadi gelombang elektromagnet/cahaya lalu dibungkus oleh suatu materi/zat yang disebut telah diberkahi oleh Allah, yang selanjutnya dikirim melalui alat transmitter layaknya menyiarkan suatu gelombang radio atau televisi, lalu diterima oleh reciever dan melalui alat lagi dibentuk kembali gelombang tersebut menjadi suatu wujud benda seperti sediakala.

Seperti konsep televisi, merekam gambar, memancarkannya, menampilkannya di layar televisi. Namun jika dalam televisi sifat outputnya berupa gambar maya, maka dalam konsep di atas bentuk outputnya berupa wujud benda nyata.

Jika ini terjadi, maka akan banyak reciever dan transmitter semacam itu yang dipasang di berbagai belahan dunia ini, untuk dijadikan wahana menjelajah Antariksa, dan konsep tangga yang digambarkan dalam perjalanan Mi’roj Rasululloh akan sangat mendekati dengan konsep receiver yang dipasang antar benda langit (planet,dll), karena sifatnya yang berjenjang dari benda angkasa terendah (dekat dengan bumi) menuju benda angkasa yang lebih tinggi (jauh dengan bumi).

Sepertinya mustahil?

Wallahu a’lamubishshowab

Oleh : Husnul Yakin Ali

No comments:

Post a Comment